Gunung Merapi Muntah APG 2.000 Meter, Boyolali dan Magelang Hujan Abu

Iqbal
5 Min Read
Gunung Merapi muntahkan Awan Panas Guguran (APG) pada Jumat (1/12). Foto: CCTV BPPTKG-Badan Geologi

IPOL.ID – Gunung Merapi kembali muntahkan awan panas guguran (APG) dari kawah puncak dengan jarak luncur 2.000 meter pada Jumat (1/12) pukul 19.27 WIB mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) dan 1.200 meter ke arah selatan (Kali Boyong) pada pukul 19.47 WIB.

Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memantau, luncuran APG pertama terjadi dalam durasi 228 detik dengan amplitudo maksimal 40 mm. Kedua, berdurasi 132 detik, amplitudo maksimal 42 mm.

Hasil perekaman visual dari kamera televisi sirkuit tertutup atau dikenal close circuit television (CCTV) Jurang Jero milik BPPTKG-Badan Geologi, terlihat gumpalan kolom abu vulkanik membumbung tinggi setelah lava pijar meluncur dari bagian kawah berada di puncak Gunung Merapi.

Dalam pantauan CCTV tersebut, kolom abu kemudian tertiup angin menuju ke arah barat daya-barat-barat laut.

Menurut laporan dari relawan, hujan abu vulkanik dengan intensitas ringan terjadi di wilayah Desa Tlogolele, Desa Senden, Desa Suroteleng, Desa Jrakah dan Desa Klakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Hujan abu vulkanik terjadi sesaat setelah Gunung Merapi muntahkan APG.

Adanya fenomena hujan abu dampak dari APG Gunung Merapi dibenarkan oleh Marwoto, selaku Kepala Desa Klakah. Menurut dia, hampir semua dukuh di Desa Klakah terdampak abu vulkanik, namun intensitasnya ringan. Dia juga menyatakan bahwa kondisi masih aman terkendali.

“Iya benar. Hampir semua dukuh di Desa Klakah terdampak abu vulkanik Gunung Merapi, namun intensitasnya tipis,” kata Marwoto, Sabtu (2/12).

“Sejauh ini masih aman. Karena memang kalau APG-nya kan ke arah barat daya. Jadi tidak terdampak APG. Klakah hanya terkena abunya saja,” tambah Marwoto.

Sebagai upaya antisipasi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali telah mengintruksikan Tim Siaga Desa (TSD) untuk kembali aktif, melakukan ronda dan bersiaga penuh.

TSD sendiri merupakan kelompok relawan desa yang dibentuk dan dibina langsung BPBD Kabupaten Boyolali dengan pendampingan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui program Desa Tangguh Bencana (Destana).

“Kami meminta TSD diaktifkan. Ronda dan bersiaga penuh,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Boyolali, Suratno.

Dia juga akan mengundang Kepala Desa Tlogolele dan Klakah, Camat Selo dan seluruh unsur Forkopimcam untuk mereview rencana kontijensi (renkon) pada Selasa pekan depan. Hal itu dilakukan setelah pihaknya berkomunikasi dengan Kepala BPTTKG terkait aktivitas vulkanik Gunung Merapi.

Share This Article