Produsen Tahu di Ciracas Singgung Peran Pemerintah Soal Kenaikan Harga Kedelai Impor

Bambang
3 Min Read
Seorang pengrajin sedang menggoreng tahu hingga melakukan pengemasan di pabrik produsen tahu di Gang Nusa Indah, RT 01/RW 07, Kelurahan/Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (7/11). Foto: Joesvicar Iqbal/ipol.id

IPOL.ID – Kenaikan harga kedelai impor dikeluhkan para produsen tahu dan tempe di Jakarta. Tak ayal, produsen tahu pun menyinggung tidak berdayanya peran pemerintah dalam menjaga stabilitas harga kedelai impor.

Kenaikan harga bahan baku utama, kedelai impor tersebut salah satunya dikeluhkan oleh produsen tahu yakni Dindin Badrudin, 63, di Gang Nusa Indah, RT 01/RW 07, Kelurahan/Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.

Dindin mengatakan, hingga kini pemerintah seakan tidak berdaya meredam kenaikan harga dengan alasan mengikuti nilai tukar rupiah terhadap dollar.

Harga kedelai impor yang sebelumnya berkisar Rp11 ribu naik menjadi Rp13 ribu per kilogram secara tidak terkendali hanya dalam kurun waktu hitungan minggu dalam beberapa waktu terakhir.

“Kita kan punya pemerintah, Kementerian Pertanian RI, kok bisa harga kedelai impor kayak dipermainkan dengan alasan (mengikuti nilai tukar) dollar, dollar. Ini kan (kedelai) impor dari Amerika,” kata Dindin, Selasa (7/11).

Para produsen terpaksa membeli kedelai impor. Karena sejak era orde baru ketersediaan kedelai lokal di pasaran tidak mampu mencukupi kebutuhan produksi tahu dan tempe.

Meski secara kualitas kedelai impor lebih buruk dibandingkan lokal, tapi karena ketersediaan di pasaran para produsen tahu terpaksa hanya dapat menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku utama pembuatan tahu.

“Sekarang banyak perajin tahu yang bukannya maju (berkembang) malah mundur, bahkan ada yang gulung tikar. Dari semenjak pandemi Covid-19 sampai sekarang produksi napasnya sudah Senin-Kamis (sekarat),” ungkapnya.

Menurut Dindin, langkah pemerintah dalam memberikan subsidi kedelai bagi produsen tahu dan tempe yang dilakukan sejak Tahun 2022 untuk mengatasi kenaikan harga kedelai impor tidak tepat.

Share This Article