Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis mengatakan bahwa perbedaan tersebut sejatinya merupakan sunnatullah.
Kiai Cholil menjelaskan, tidak mungkin pelaksanaan salat ashar di Indonesia sama dengan di Arab Saudi. Bahkan, salat subuh di Papua juga tidak akan sama dengan di Jakarta.
Oleh karena itu, perbedaan tersebut harus disikapi secara realistis. Setiap tempat bisa menentukan waktunya dibandingkan terikat dengan satu tempat.
“Jadi perbedaan-perbedaan matlab, menurut saya, lebih realistis daripada kita bicara dunia ini menjadi satu matlab,” ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah, Depok, Jawa Barat ini menekankan bahwa perbedaan tersebut jangan sampai membuat umat melakukan yang haram.
“Seperti menghina orang lain apalagi sampai bermusuhan di antara kita,” tegasnya. (Ahmad)


