Jamaah Haji Indonesia, Khususnya Lansia Diimbau Antisipasi Cuaca Panas di Madinah

Iqbal
7 Min Read
Jamaah haji harus mewaspadai cuaca panas di Madinah. Foto: Kemenkes

IPOL.ID – Jamaah haji Indonesia diminta untuk mewaspadai suhu panas di Arab Saudi. Sebab cuaca panas di Tanah Suci berbeda dengan di Tanah Air.

Madinah di akhir bulan Mei, mulai memasuki musim panas. Suhu di siang hari bisa mencapai 40 derajat celsius atau lebih. Berbeda dengan di Tanah Air, kelembaban udara di Madinah lebih rendah.

Kelembaban udara yang rendah ini mengakibatkan panas terasa menyengat namun tubuh tidak berkeringat. Diketahui bahwa mekanisme berkeringat merupakan mekanisme untuk menstabilkan suhu tubuh.

Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi, M Imran menyampaikan jamaah haji asal Indonesia harus mewaspadai suhu panas di Madinah. Jamaah haji harus menyiapkan perlindungan tambahan agar tetap bisa beribadah dengan sempurna di tengah cuaca panas di Madinah.

”Jamaah harus waspadai cuaca panas di Madinah. Panas di Madinah akan terasa lebih menyengat namun tubuh tidak berkeringat. Hal ini bisa menyebabkan masalah kesehatan yang bisa menghambat jamaah untuk menjalankan ibadah,” tutur Imran.

Terdapat lima penyakit yang sering muncul karena cuaca panas Madinah dan dialami oleh jamaah haji yaitu pertama yaitu infeksi saluran pernapasan atas (ispa). Gejala yang sering muncul yaitu batuk. Udara kering Madinah dapat menyebabkan lapisan didalam mulut dan hidung kita menjadi kering dan memicu terjadinya batuk.

Penyakit kedua adalah dehidrasi yang cukup serius. Kelembaban udara Madinah yang rendah, sering kali membuat jemaah haji tidak merasa langsung haus saat beraktifitas di luar ruangan. Gejala yang sering di alami jamaah haji yang mengalami dehidrasi yaitu pusing.

Kondisi dehidrasi juga sangat berbahaya bagi jamaah lansia, karena banyak lansia yang mengalami gangguan persepsi haus. Sensasi haus pada Lansia sedikit lambat maka saat Lansia merasa haus artinya lansia tersebut dalam keadaan dehidrasi berat.

Akibat kondisi ini, jamaah haji disarankan setiap 1 jam harus minum air 250 ml dilakukan bertahap seperti sekali minum cukup dua atau tiga teguk air secara perlahan. Hal ini bisa mencegah tenggorokan kering sehingga tidak memicu batuk. Kebiasaan minum seperti ini juga bisa mencegah terjadinya dehidrasi.

Ketiga, heat exhaustion atau kelelahan karena panas. kita ketahui aktifitas jamaah haji di Madinah adalah aktifitas fisik. Sebagian besar jalan kaki dari hotel menuju masjid Nabawi untuk menjalankan sholat arbain.

”Di Madinah, jamaah haji akan menjalankan sholat arbain. Dalam satu hari, jemaah akan berulang ke masjid Nabawi untuk menjalankan sholat wajib. Jemaah beresiko mengalami kelelahan dan terpapar sinar matahari terik terutama di waktu zuhur dan ashar,” kata Imran.

Ibadah arbain membuat jemaah haji beraktifitas fisik lebih dengan berjalan dari hotel ke masjid atau sebaliknya. Jamaah haji juga akan lebih sering terpapar sinar matahari terik terutama di waktu salat zuhur dan ashar.

Hal ini bisa memicu heat exhaustion. Gejala yang sering muncul dari kondisi ini yakni: pusing, kram otot, dan keringat dingin hingga pingsan.

Untuk mencegah terjadinya heat exhaustion, jamaah haji disarankan untuk menggunakan payung, membawa botol penyemprot air dan memakai masker terutama saat berkegiatan di luar hotel. Botol penyemprot dapat diisi air dingin untuk disemprotkan sebagai pengganti keringat untuk mendinginkan badan. Jamaah juga disarankan untuk menggunakan baju lengan panjang.

Share This Article