Puan Maharani Layak Presiden 2024-2029, Akademisi: Dia Punya Modalitas Cukup di Pilpres 2024-2029

Bambang
8 Min Read
Akademisi dari Universitas Islam As-Syafi’iyah, Bambang Haryanto, menilai Puan Maharani sudah sangat layak diusung sebagi Capres 2024-2029 Foto/istimewa

IPOL. ID- Dengan berbagai parameter elektabilitas Puan Maharani sangat layak menjadi Presiden Republik Indonesia.

Jika diukur dari variabel elektabilitas seperti kapabilitas, integritas dan populeritas, elektabilitas Puan Maharani berpeluang besar, punya modalitas yang cukup bertanding di Pilpres 2024-2029, bukan hanya karena trah Soekarno, tapi karena capaian kepemimpinan dirinya selama ini.

Akademisi dari Universitas Islam As-Syafi’iyah, Bambang Haryanto, menilai Puan Maharani sudah sangat layak diusung sebagi Capres,

“PDI-P harus bangga punya kader seperti dia, bukan kader kaleng-kaleng, peluang menang juga besar jika ditangani secara benar,” ujar Bambang melalui pesan tertulis, Kamis (7/10).

“Jika kita melihat rekam jejak dan fakta, Puan bukan kader karbitan atau orbitan, punya sejumlah kriteria yang dibutuhkan. Dari aspek kapabilitas Puan sudah pada level kepemimpinan nasional. Menjadi Menko sudah, berkarir di parlemen mulai dari anggota, ketua fraksi dan sekarang menjadi perempuan pertama Ketua DPR RI. Sudah pada level puncak di eksekutif maupun legeslatif. Ini bukan cuma prestasi tapi prestisius. Tidak mudah untuk mencapai level ini,” tambahnya

“Saya melihat Puan seperti Halimah Yacob. Karirnya hampir sama, berasal keturunan Minang pula. Bedanya kalau Halimah Yacob kini Presiden Singapura. Bukan tidak mungkin Puan Presiden 2024-2029.”

Ketika ditanya mengapa begitu optimis, sementara sejumlah hasil survey Puan tergolong rendah, Bambang Haryanto yang juga seorang Wakil Rektor menjelaskan.

“Tidak elok saya mengevaluasi survey, itu produk akademis meski bukan tanpa cela, tapi mungkin karena itu yang saya lihat PDI-P masih kurang yakin. Sehingga isu pencapresan memunculkan dua spekulasi yang arahnya menurut Saya bisa keliru.

“Pertama; Puan akan dipasangkan dengan Prabowo Subianto ; Kedua; PDIP akan mengusung calon kandidat lain, satu diantaranya adalah yang didengungkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, meski tentu ini bukan sesuatu yang haram.”

“Pertanyaan mendasar yang perlu diajukan atas dua “isu” tersebut adalah, atas dasar apa Puan dicalonkan hanya sebagai calon Wapres mendampingi Prabowo Subianto, mengapa tidak sebaliknya? Hanya karena ingin memenuhi perjanjian Batu Tulis-kah? Prabowo memang Menteri tapi bukan Menko, tidak punya pengalaman di Parlemen meski ketua umum, Gerindra memang partai besar tapi PDI-P yang terbesar”

“Kemudian apakah karena pertimbangan beberapa survey yang mengunggulkan Ganjar Pranowo sehingga PDI-P seperti terasa ragu untuk menghadirkan Puan?”

“Mudah-mudahan karena ada kalkulasi lain yang menjadi alasan strategis bagi PDI-P untuk tidak terlalu dini mencapreskan Puan? Sebab memang 2024-2029 adalah momentum bagi trah Soekarno untuk melanjutkan kepemimpinan nasional dan apakah akan tetap menjadi pengendali PDI-P untuk waktu-waktu selanjutnya. Ini tentu pertaruhan besar yang harus dihitung cermat. Suksesi juga jadi faktor pertimbangan”

“Terkait kapabilitas Puan dan survey, tentu menjadi pertanyaan yang relevan ditujukan sebagai calon, tapi pilihan publik by desgn seringkali digiring oleh; penciptaan opini, pencitraan dan survey untuk menghadirkan figur tertentusebagai pilihan bakal calon diluar Puan Maharani, padahal cipta kondisi seperti ini hanya menciptakan elektabilitas semu dan sekedar untuk mempengaruhi keputusan Partai dalam hal Pencapresan.”

Share This Article