indoposonline.id – Tingkat konsumsi susu sapi berprotein tinggi di Indonesia, khususnya di Ibu Kota masih terbilang rendah saat ini. Baik para pelajar, kawula muda, milenial, orang dewasa maupun lanjut usia. Terlebih disaat masa Pandemi Covid – 19 yang menghantam semua lapisan masyarakat.
Para pengusaha peternakan sapi perah susu segar pun belakangan mencoba bertahan. Karena banyak pelaku usaha yang tumbang, apalagi di masa Pandemi Covid – 19 saat ini, sampai harus gulung tikar. Nah, di kawasan Jakarta Timur, terdapat satu lokasi peternakan susu sapi segar yang bertahan.
Tepatnya di Jalan Peternakan Raya, Blok C, No. 12, Pondok Ranggon, Jakarta Timur, masih tampak asri terlihat. Namun, dibalik rimbunnya pepohonan di sana, terdapat satu lokasi peternakan sapi perah (Cibugary) yang dikelola oleh sembilan bersaudara. Lebih jauh, indoposonline mengunjungi dan melihat proses pemerahan susu sapi yang segar dan menyehatkan serta mengedukasi bagi para pengunjungnya.
Siang hari, seorang diri Pengusaha Susu Sapi Cibugary, Abdul Mughni Mubarok, 39, menyapa hangat indoposonline. Namun sebelumnya, pria akrab disapa Mughni menceritakan bahwa dulu orangtua dia naik sepeda di kota besar ini untuk mengantarkan susu murni ke para pelanggan-pelanggannya. “Masih belum besar usaha susu sapi segar ini dulu Mas,” tutur Mughni langsung menuju kandang sapi itu.
Mughni mengenakan topi dan masker itu kembali bercerita, usaha keluarga ini dikelola oleh sembilan bersaudara. Di tahun 1990-an, peternakan sapi perah ini dijalankan oleh kedua orangtuanya. “Jadi kami meneruskan warisan usaha kedua orangtua kami yakni H. Sholahuddin Abdul Fatah dan Hj. Siti Laela, yang tadinya di tahun 1990 berlokasi di kawasan Mega Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan,” ungkapnya.
Di kawasan pusat bisnis di Mega Kuningan dulu, katanya, banyak pelaku peternakan sapi di sana. Karena ada permintaan dari pengusaha atau stakeholder sehingga peternakan susu sapi keluarga ini pindah ke kawasan Pondok Ranggon, Jakarta Timur. “Kita dulu mau pindah tapi dengan syarat harus di tempat yang resmi, mengantungi izin segalanya. Sehingga kami pindah di Pondok Ranggon ini dan saat itu ada SK Gubernurnya bahwa kawasan ini sebagai kawasan agro khusus bagi peternakan sapi,” ujarnya.
Di tahun 1993, lanjut Mughni, peternakan sapi perah ini pun akhirnya pindah ke Jalan Peternakan Raya, Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Tapi semenjak tahun 1990-an itu, memang sudah banyak pelaku usaha peternakan sapi perah yang pindah dari kawasan Mega Kuningan, Setiabudi. “Kan dulu terkenal di sana Mega Kuningan adalah peternakan sapinya,” ulasnya.
Seiring roda waktu terus berputar, terbangun peternakan susu sapi perah yang dinamakan Cibugary, berdiri di tahun 1996 diareal tanah seluas 2800 meter persegi didirikan oleh Rahmat Al Baghory, 52, anak pertama dari sembilan bersaudara itu.
Usai melayani konsumen, Rahmat pun ikut bergabung untuk mengobrol. Rahmat menuturkan, karena dulu peternakan sapi ini banyak dikunjungi anak-anak pelajar sekolah dari mulai TK, SD sampai SMP. “Maka kita berikan juga edukasi di peternakan Cibugary ini,” sambung Rahmat santai menyeruput kopi hitam dalam cangkir beningnya itu.
Jadi ada edukasi, kata Rahmat, materinya pun ada diberikan sehingga para pelajar akan mendapatkan pengetahuan seputar peternakan susu sapi perah ini. “Tetap lebih dulu pihak sekolah harus kordinasi kepada kami. Karena kami harus atur waktu jam kunjungan bagi para pelajar sekolah yang ingin menambah pengetahuan di sini. Sebab, sejak tahun 1996 sudah tertata, jadi lebih dulu harus konfirmasi kepada kami agar kami siapkan,” ujar Rahmat.
Saat itu, pria berkulit sawo matang itu berpandangan bahwa sebagai pelaku usaha peternak sapi perah sembilan bersaudara ini harus mempunyai inovasi dan melebarkan sayap. “Saya berpikir ketika itu harus memulai, harus ada terobosan mengingat pengusaha sapi perah berguguran saat itu. Dulu harga susu masih murah dari bensin sekarang pun sama, padahal konsumsi susu segar ini menyehatkan. Jadi ini yang menjadi tantangan kami,” akunya santai berusaha mengingatnya kembali.


